Persoalan lingkungan pada industri pembuatan tahu adalah limbah ampas dan air sisa penyaringan dan bau menyengat yang dihasilkan karena limbah cair tahu (whey) yang digunakan. Sebagian besar limbah tersebut dibiarkan mengalir di sekitar tempat produksi sehingga tidak sedikit warga yang memprotesnya. Pembuatan tahu selama ini kebanyakan menggunakan bahan-bahan yang kurang bagus untuk kesehatan tubuh. Pemakaian cuka pada pembuatan tahu dapat menyebabkan gangguan lambung karena sifatnya yang asam. Selain itu, penggunaan pengawet yang tidak direkomendasi juga sering dijumpai pada pembuatan tahu.

Menyikapi hal itu, sekelompok mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Afif Luthfi, Darmia Kurniasih, dan Dewi Adawiyah mencoba mencari cara mengenai pembuatan tahu yang ramah lingkungan. Misalnya, sebagai pengganti cuka dalam pembuatan tahu, mereka menggunakan nigarin. Nigarin merupakan sejenis cairan yang berasal dari ekstrak air laut yang mengandung mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Nigarin memiliki kandungan lebih dari 80 jenis mineral termasuk magnesium, kalium, zinc, kalsium, natrium, yodium, selenium, dan cesium sehingga dapat menghasilkan tahu dengan kandungan vitamin B-12 dan Isoflavon yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahu yang selama ini ada di pasaran, yaitu nigarin yang berasal dari sari air laut.

“Selain dapat menghasilkan tahu dengan kandungan mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahu yang selama ini ada di pasaran, nigarin juga dapat menghasilkan sisa air tahu yang langsung dapat diminum,” kata Afif Luthfi. “Selain kandungan mineralnya yang lebih tinggi dibanding dengan tahu biasa, sisa air tahu nigarin mempunyai pH yang netral sehingga layak diminum secara langsung.”

Bagi orang Indonesia nama tahu tentulah tidak asing lagi untuk didengar, karena tahu sudah termasuk makanan pokok (pengganti ikan). Tahu adalah salah satu makanan yang paling favorit bagi orang Indonesia. Merupakan makanan yang selalu hadir disetiap harinya baik itu merupakan lauk pendamping nasi maupun sebagai camilan, baik itu tanpa olahan maupun dengan dimodifikasi menjadi bentuk panganan lainnya yang berbasis tahu.Disadari ataupun tidak sebagai hasil olahan kacang kedelai, tahu merupakan makanan andalan untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai mutu protein nabati terbaik karena mempunyai komposisi asam amino paling lengkap dan diyakini memiliki daya cerna yang tinggi (sebesar 85%- 98%).Kandungan gizi dalam tahu, memang masih kalah dibandingkan lauk pauk hewani, seperti telur, daging dan ikan.Namun, dengan harga yang lebih murah, masyarakat cenderung lebih memilih mengkonsumsi tahu sebagai bahan makanan pengganti protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi.